"Gak terasa udah sembilan tahun dari kejadian itu, saat ia membuat
tetes bening air mata tumpah begtu saja. Keluarga, sahabat, teman dan
semua tempat yang menemani perjalananku menjadi tak teraba lagi.
Kejadian seper sekian detik yang meninggalkan kenangan seumur hidup
bagiku. Bukan, bukan.. Aku pergi dari sana bukan karena melupakan
kenangan itu, tapi aku hanya mencari sedikit udara agar aku bisa hidup
normal seperti yang lain. Walaupun sudah sekian tahun, tetapi luka dan
semua ketakutan masih ada dan akan tetap ada. Mungkin Tuhan lebih
menyayangi mereka, hingga Tuhan memilih mereka dalam kejadian itu. Aku
bersyukur, Tuhan masih memberiku waktu untuk berjuang memperbaiki
semuanya, agar aku pantas untuk menjadi orang yang 'disayang' Tuhan. Ya
Allah, Ya Rabbi... Semoga Engkau menempatkan mereka di tempat terbaik di
sisi-Mu, dan bagi kami yang di sini, kuatkan kami untuk hidup bersama
kenangan itu."
Aku masih membeku diatas topangan kaki
Mataku terpejam setelah manatap tempat tidur disampingku terayun cepat
Semua menggelap dan hening
Hingga tubuhku terangkat di udara
Mataku masih terpejam
Hingga kuarasa kepalaku terbentur sesuatu yang keras
Tidak, tidak ada sakit yang kurasa
Hingga tubuhku terduduk dan suara seseorang menyadarkanku
Ya... Suara Ayahku
Kubuka mataku perlahan
Astaghfirullah..!!
Air mataku mengalir deras
Aku sudah terduduk di halaman rumah
Rumahku...
Kulihat semua barang di dalam rumahku berantakan
Aku sangat terkejut
Aku menyapu penglihatanku ke sekitar rumah
Beberapa rumah rata dengan tanah
Semua orang diluar rumah
Terduduk dan memandang kosong keadaan
Ayahku...!!
Beliau duduk disampingku
Tidak, tidak menangis tapi tatapannya kosong menatap ke arah... dapur
Astaghfirullah...!!
Dapur terlihat seperti.. Ah entahlah
Aku merasa ada yang hilang, tapiii..
Ibu..!!
Dengan panik Ayahku memasuki rumah
Ia keluar dengan ponsel ditelinganya
Kemudian "Ibumu dipasar, baik-baik saja, akan segera pulang"
Aku menangis sejadi-jadinya...
Aku tidak tau apa yang terjadi disini..
Ibu pulang dan langsung memelukku erat
Aku masih mennagis tanpa suara
Ibu berbincang sebentar dengan Ayah
Mereka masuk ke dalam rumah
Beberapa barang yang masih dalam kata 'utuh' dibawa keluar rumah
Aku tidak bisa berdiri, sangat sulit
Kakiku tak terasa lagi, kepalaku sakit
Setelah beberapa saat, aku melangkah masuk
Saat sampai di depan pintu, aku berbalik
Aku tidak berani, sungguh..
Kemudian setelah beberapa saat
Ada guncangan-guncangan dari skala kecil hingga sedang kurasakan
Aku panik, bingung dan ketakutan
Berhari-hari tak berani masuk ke rumah, walaupun hanya ruang tamu
Bahkan hingga sekarang aku tak berani tidur di kamar tidurku
Ruangan yang bisa saja menjadi tempat terakhir aku melihatnya
Andai Ayah tidak menyelamatkanku waktu itu
Ya Allah...
Terima kasih telah memberiku kesempatan
Walaupun harus kehilangan beberapa anggota keluarga dan sahabat-sahabatku
Semoga mereka tenang di sisi-Mu ya Allah..
Kuatkan kami yang masih memperbaiki diri di dunia ini
Kami senantiasa belajar terbiasa dengan segala perubahan alam ini
Astaghfirullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar