Ini bukan tulisan yang kutulis saat aku lelah, pun bukan curahan rasa yang tak tersalurkan, mungkin ini hanyalah sebait kenangan di hari-hari panjang bulan Mei. Kala hujan turun deras kala berpeluk angin dan petir dan kala panas menyengat erat kala bergenggaman dengan pasir dan debu. Mei yang mengajarkanku arti kebersamaan dan kesendirian. Semoga menjadi sebuah lentera kala malam dan menjadi awan kala siang.
#ASYIRA
Hal yang paling menyakitkan mgkin saat kepercayaan yang kau berikan di salah artikan, sepele mungkin tapi tak pernah ternilai.
Rahasia antara kau, dirinya dan Allah.
Aku mgkin hanya penonton dibalik layar
#2Mei
Genggam erat tanganku, selagi kita berjuang bersama. Karena tak akan ada
yang tau, mungkin saja esok kau genggam tangan yang lain. Dan saat ku
sadar, mungkin perjuangan kita cukup sampai disini.
#3Mei
"Setelah hujan sore hari, muncul seberkas cahaya dibalik dedaunan"
#3Mei
"Saat semua prajurit sedang lengah, ku langkahkan kaki menuju labirin
-tempat terlarang untuk dikunjungi- yang jauh dari Istana Megah. Ku
langkahkan kaki kecilku ke sana, menelusuri setiap ruang dan sering
menjumpai jalan buntu hingga harus kembali dan mencoba jalan lain.
Ditengah perjalanan, ketakutanku adalah aku tak bisa kembali ke istana
karena sudah melangkah terlalu dalam di labirin ini, atau bahkan akupun
tak akan bisa keluar dari labirin ini karena semua jalan yang ku
telusuri tak berujung. Akankah para prajurit istana akan menemukan ku?
Oh Tuhan.. Permainan apa yang sudah aku lakukan ini?"
#4Mei
"Melati yang kau tanam mungkin akan berduri dan akan melukai dirimu
sendiri, namun setidaknya biarkan ia tumbuh dan berbunga, mengharumi
setiap sudut bagiannya"
#5Mei
Deru angin malam ini mengajakku menatap langit-langit kamar, bersama
suara di seberang sana. Semoga apa yang kita perjuangkan tidak akan
menjadi sebuah kesakitan dan kesia-siaan. Bukan sejauh apa kita
berjalan, tapi sejauh mana makna yang kita artikan.
#12Mei
Andai saja hujan yang turun membawa setiap butir bintang, mungkin tak
ada lagi bintang yang dapat kita lukis menjadi garis. Andai saja malam
yang sunyi mengumpulkan suara merdu jangkrik hutan, mungkin tak ada lagi
teman katak bernyanyi saat hujan. Andai saja matahari belum kembali ke
kayangan, mungkin tak akan risau malam sunyi tanpa bintang.
#22Mei
Janga tanyakan kapan awan di pandangan akan menghamburkan airnya menyapa
kerinduan sang bumi, tanyakan saja kapan air di pelupuk mata akan kau
tumpahkan? Sekokoh apapun pohon di hutan, bukankah ia akan tumbang jua?
Sekeras apapun batu kau patahkan, bukankah akan retak jua? Apa yang kau
cari dari sebersit cahaya jingga di ujung penantian yang tak kunjung kau
temui. Lelah? Istirahatlah, mungkin permainan takdir akan mengiringi
derasnya perjuangan hidup yang kian berdarah.
#23Mei
Jangan berkaca pada air keruh karena kau tak akan melihat pelangi indah
di pupil matamu, berkacalah pada teman-temanmu maka kau akan melihat
segores luka di wajahmu.
Berbahagialah sembari menikmati seteguk udara dan sebersit cahaya yang memeluk hari-harimu.
Mungkin rintik hujan akan datang,tapi ia tak akan menjadi badai yang merusak rumput semi yang kau tanam.
Percayalah jika hari ini kau baru bisa menanam rumput, esok kau akan
menanam benih kelapa, dan suatu saat kau akan memanen halaman rerumputan
indah dan seteguk air kelapa menyegarkan.
#28Mei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar