Sabtu, 28 Mei 2016

Goresan Rasa Asyira

Ini bukan tulisan yang kutulis saat aku lelah, pun bukan curahan rasa yang tak tersalurkan, mungkin ini hanyalah sebait kenangan di hari-hari panjang bulan Mei. Kala hujan turun deras kala berpeluk angin dan petir dan kala panas menyengat erat kala bergenggaman dengan pasir dan debu. Mei yang mengajarkanku arti kebersamaan dan kesendirian. Semoga menjadi sebuah lentera kala malam dan menjadi awan kala siang.
#ASYIRA

Hal yang paling menyakitkan mgkin saat kepercayaan yang kau berikan di salah artikan, sepele mungkin tapi tak pernah ternilai.
Rahasia antara kau, dirinya dan Allah.
Aku mgkin hanya penonton dibalik layar
#2Mei

Genggam erat tanganku, selagi kita berjuang bersama. Karena tak akan ada yang tau, mungkin saja esok kau genggam tangan yang lain. Dan saat ku sadar, mungkin perjuangan kita cukup sampai disini.
#3Mei

"Setelah hujan sore hari, muncul seberkas cahaya dibalik dedaunan"
#3Mei

"Saat semua prajurit sedang lengah, ku langkahkan kaki menuju labirin -tempat terlarang untuk dikunjungi- yang jauh dari Istana Megah. Ku langkahkan kaki kecilku ke sana, menelusuri setiap ruang dan sering menjumpai jalan buntu hingga harus kembali dan mencoba jalan lain. Ditengah perjalanan, ketakutanku adalah aku tak bisa kembali ke istana karena sudah melangkah terlalu dalam di labirin ini, atau bahkan akupun tak akan bisa keluar dari labirin ini karena semua jalan yang ku telusuri tak berujung. Akankah para prajurit istana akan menemukan ku? Oh Tuhan.. Permainan apa yang sudah aku lakukan ini?"
#4Mei

"Melati yang kau tanam mungkin akan berduri dan akan melukai dirimu sendiri, namun setidaknya biarkan ia tumbuh dan berbunga, mengharumi setiap sudut bagiannya"
#5Mei

Deru angin malam ini mengajakku menatap langit-langit kamar, bersama suara di seberang sana. Semoga apa yang kita perjuangkan tidak akan menjadi sebuah kesakitan dan kesia-siaan. Bukan sejauh apa kita berjalan, tapi sejauh mana makna yang kita artikan.
#12Mei

Andai saja hujan yang turun membawa setiap butir bintang, mungkin tak ada lagi bintang yang dapat kita lukis menjadi garis. Andai saja malam yang sunyi mengumpulkan suara merdu jangkrik hutan, mungkin tak ada lagi teman katak bernyanyi saat hujan. Andai saja matahari belum kembali ke kayangan, mungkin tak akan risau malam sunyi tanpa bintang.
#22Mei

Janga tanyakan kapan awan di pandangan akan menghamburkan airnya menyapa kerinduan sang bumi, tanyakan saja kapan air di pelupuk mata akan kau tumpahkan? Sekokoh apapun pohon di hutan, bukankah ia akan tumbang jua? Sekeras apapun batu kau patahkan, bukankah akan retak jua? Apa yang kau cari dari sebersit cahaya jingga di ujung penantian yang tak kunjung kau temui. Lelah? Istirahatlah, mungkin permainan takdir akan mengiringi derasnya perjuangan hidup yang kian berdarah.
#23Mei

Jangan berkaca pada air keruh karena kau tak akan melihat pelangi indah di pupil matamu, berkacalah pada teman-temanmu maka kau akan melihat segores luka di wajahmu.
Berbahagialah sembari menikmati seteguk udara dan sebersit cahaya yang memeluk hari-harimu.
Mungkin rintik hujan akan datang,tapi ia tak akan menjadi badai yang merusak rumput semi yang kau tanam.
Percayalah jika hari ini kau baru bisa menanam rumput, esok kau akan menanam benih kelapa, dan suatu saat kau akan memanen halaman rerumputan indah dan seteguk air kelapa menyegarkan.
#28Mei

Tidak ada komentar:

Posting Komentar