KRITIK
SASTRA BERBASIS MASYARAKAT
SOSIOLOGI
SASTRA
Mata
Kuliah Pengantar Ilmu Sastra
TUGAS PIS
Diajukan
sebagai salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah Pengantar
Ilmu Sastra
Disusun oleh :
Muhammad Anwar
(2303414031)
Aisyah Intan
Ramadhani (2303414040)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2014
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah
puji syukur ke Hadirat Alllah SWT atas Rahmat, Hidayah-Nya serta petunjuk-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KRITIK SASTRA BERBASIS MASYARAKAT
SOSIOLOGI SASTRA” yang sengaja kami susun untuk melengkapi tugas Pengantar
Ilmu Sastra kami di Semester 1 sebagai Tugas Kelompok.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing
yang telah memberi materi-materi kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah memberi bantuan, dukungan dan semangat kepada kami dalam membuat
makalah ini.
Semoga makalah yang begitu singkat ini dapat menambah
pengetahuan kami sebagai mahasiswa dan dapat menjadi referensi baru dalam
pembelajaran Pengantar Ilmu Sastra. Akhirnya, sesuai kata pepatah “Tiada Gading
Yang Tak Retak”, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dalam bentuk apapun
yang bersifat membangun, sehingga kami dapat memperbaiki hasil kerja kami
khusunya dalam pembuatan Makalah seperti ini.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 5 November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi...................................................................................................... 2
B. Sejarah Sosiologi Sastra............................................................................. 3
C. Sastra, Masyarakat dan Kebudayaan......................................................... 4
D. Teori Pendekatan Sosiologi Sastra............................................................. 5
E. Pemanfaatan Pendekatan Sosiologi........................................................... 8
F. Penerapan Kritik Sosiologi Sastra.............................................................. 9
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara.Pendidikan bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Didalam makalah ini kami akan membahas mengenai sosiologi sastra. Sosiologi
adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan
masyarakat, ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.
Sosiologi sastra adalah karya sastra para kriktikus dan sejahrawan yang terutama
mengungkapkan pengarang yang di pengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat
yang berasal, idiologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak
yang ditujunya.
Kami membahas mengenai definisi sastra, sejarah,
manfaat mengenai sosiologi sastra yang akan menambah pengetahuan pembaca. Bahwa
telah banyak penelitian yang membahas mengenai sosiologi sastra, namun kami
akan mencoba mengulas tentang materi ini. Sosiologi sastra sesungguhnya sangat
bermanfaat bagi perkembangan sastra maupun untuk penelitian. Untuk itu kami
memilih materi ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapatdi dalam makalah ini yaitu:
1.
Apakah yang dimaksud dengan Sosiologi Sastra ?
2.
Bagaimana perkembangan sejarah Sosiologi Sastra ?
3.
Apa saja teori pendekatan dalam Sosiologi Sastra ?
C. Tujuan
1
Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi Sosiologi sastra.
2
Mahasiswa dapat memahami tentang perkembangan sejarah Sosiologi sastra.
3
Mahasiswa dapat mempelajari teori-teori pendekatan dalam pelajaran
Sosiologi sastra dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Sosiologi
sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal
dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi
(logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas
(Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut,
keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meskipun
demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan bertentangan
secara dianetral. Sosiologi adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada
apa yang terjadi dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi
(das solen). Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan
imajinatif. Sosiologi
sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, maksudnya adalah
mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan.
Produk telaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan dalam kritik sastra. Sosiologi sastra adalah suatu
telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang
sosial dan proses sosial. Maksudnya adalah bagaimana masyarakat itu tumbuh dan
berkembang dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan lain-lain.
Sedangkan, secara
etimologi kritik berasal dari bahasa Yunani yang berarti menghakimi, membanding
dan menimbang. Kata Kreniein menjadi pangkal atau asal kata kriterion yang
berarti dasar, pertimbangan, penghakiman. Kritik sastra ialah bagian ilmu
sastra yang memperbincngkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian
terhadap karya sastra.
Kritik Sastra Sosial (Sociological
Criticism), yaitu kritik sastra yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sosiologis, artinya suatu karya sastra ditelaah dari segi-segi
sosial kemasyarakatan yang berada di sekitar kelahiran karya tersebut, serta
sumbangan yang diberikan terhadap pembinaan tata kehidupan masyarakat.
Sastra sebagaimana halnya dengan sosiologi berurusan dengan manusia bahkan
sastra diciptakan oleh anggota masyarakat untuk dinikmati dan dipahami dengan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra adalah
lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.bahasa itu merupakan
ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan. Oleh sebab itu sesunguhnya
sosiologi dan satra itu memperjuangkan masala yang sama, kedu-duanya berurusan dengan masalah
sosial,ekonomi,politik.
Menurut Prof. awang saileh (1980) sosiologi bersifat kognitif sedangkan
satra bersifat efektif. Karena persamaan objek yang digarap dengan ada ahlinya
yang meramalkan bahwa pada akhirnya nama sosiologi dapatmengantikan kedudukan
kedudukan novel. Tetapi suatu hal yang jelas adalah bahwa sastra mempunyai
kekhasan sendiri yang tidak dimiliki oleh sosiologi, oleh karenanya tampak
kedua-kedua memiliki kemungkinan yang sama untuk terus berkembang dan tidak
mustahil pula mustahil pula kedudukan dapat bekerjasama saling melengkapi.
B.
Sejarah Sosiologi Sastra
Istilah kesusastraan seperti yang kita pahami sekarang berasal dari
tahun-tahun terakhir abad XVIII. Semula orang tidak “membuat” kesusastraan
tetapi “memiliki”. Ia merupakan ciri keanggotaan pada kategori orang-orang yang
“bersastra” (lettres). Untuk orang yang sezaman dengan Voltaire,
kesusastraan adalah lawannya “publik” atau dengan kata lain rakyat. Jadi, yang
dimaksud adalah aristokrasi budaya. Maka mengingat bahwa kenyataan itu sendiri
adalah fakta sosial, masalah hubungan kesusastraan dan masyarakat tidak
dipermasalahkan. Sejak abad XV telah terjadi suatu evolusi yang bergerak lebih
cepat pada abad XVIII.
Disatu
pihak, ketika pengetahuan menjadi terkotak-kotak dalam spesialisasi,
proyek-proyek sains dan teknik cenderung berangsur-angsur terpisah dan
kesusastraan yang sesungguhnya, sehingga cakupannya menciut dan terbatas pada
hiburan saja. Sejak itu, karena
seolah-seolah ditinggal sendiri, kesusastraan berusaha untuk membina hubungan
baru dengan masyarakat. Di pihak lain, kemajuan-kemajuan budaya dan teknik tadi
telah membuat kesusastraan lebih terpuruk. Di kalangan masyarakat pemakai
kebutuhan akan sastra justru meningkat, dan melipat gandakan alat
pengembangannya. Berkat ditemukannya percetakan, perkembangan industry buku,
berkurangnya jumlah aksara, dan belakangan perkembangan teknik audio-visual apa
yang semula merupakan hak istimewa dari suatu golongan aristokrasi yang
“bersastra” berkembang menjadi kegiatan budaya dari golongan elit borjuis yang
relatif lebih terbuka, lalu pada masa terakhir, alat promosi intelektual untuk
masyarakat luas.
Spesialisasi tersebut disatu pihak dan penyebarannya dipihak lain, mencapai
titik kritis disekitar tahun 1800. Pada masa itulah mulai disadari orang
dimensi sosial kesusastraan. Karya Madame de Stael yang diterbitbak
waktu itu “De la literature considereedans ses rapports avec les institutions
socials” ‘Kesusastraan ditinjau dari hubungannya dengan lembaga-lembaga
sosial’, mungkin merupakan usaha pertama di Prancis untuk menghimpun masalah
sastra dan masyarakat dalam suatu studi yang sistematis.
C. Sastra, Masyarakat dan Kebudayaan
Sastra
merupakan bagian dari pada kebudayaan, dan hubungan antara kebudayaan
masyarakat itu berkaitan, karena kebudayaan itu sendiri menurut pandangan antropolog
adalah cara suatu kumpulan manusia atau masyarakat mengadakan sitem nilai yaitu
berupa aturan yang merupakan suatu benda atau perbuatan yang tinggi
niainya,kebanyakan ahli antropologi melihat kebudayaan itu sebagai suatu
keseluruhan,dimana sistem sosial itu sendiri adalah sebagian dari kebudayaan
singkatnya kebudayaan itu dikatakan sebagai cara hidup yaitu bagaimana suatu
masyarakat itu mengatur hidupnya.
Kebudayaan itu memiliki tiga unsur :
§ unsur sitem sosial: sistem
sosial ini terdiri dari pada sistem kekeluargaan, sistem politik, dan sistem
undang-undang sitem ini yang dikenal sebagai institusi sosial yaitu cara
manusia yang hidup berkelompok mengatur
hubungan antara satu dengan yang lain dalam jalinan hidup bermasyarakat
§ sistem nilai dan ide : yaitu
sistemsitem yang memberi makna pada kehidupan bermasyarakat, sistem nilai itu
menyangkut upaya bagaiman kita menentukan sesuatu yang kebih berharga.
Sedangkan sistem ide merupakan ilmu pengetahuan dan kepercayaan yang terdapat
dalm masyarakat.
§ peralatan budaya: penemuan
material yang berupa perkakas dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan.
Selain unsur kebudayaan, adapun juga
sifat kebudayaan yang dirumuskan oleh para ahli antropologi, yaitu sebagai
berikut :
1
kebudayaan merupakan sesutu yang berkesinambungan,sesuatu yang diwariskan
serta sesuatu yang saling mempengaruhi sesuatu yang berubah.
2
Kebudayaan itu merupakan suatu sistem lambang, artinya manusia mempunyai
kebolehan berkomunikasi dengan mengunakan lambang-lambang bahasa itu sendiri
merupakan sitem lambang.
3
Kebudayaan itu relatif artinya
setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri
yang memiliki ketiga unsur di atas yang mempunyai ciri khas sendiri yang
membedakannya dengan kebudayaan yang lain.
Bila ciri
kebudayaan itu kita letakkan pada sastra dan kita kaitkan pula dengan
masyarakat yang menggunakan sastra itu maka kita dapat mengatakan bahwa nilai
suatu sastra itu pada umumnya terletak pada masyarakat itu sendiri.
Kesustraan
itu pada dasarnya bukan saja mempunyai fungsi dalam masyarakat tetapi juga
mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat
dalam masyarakat . Sebagaimana juga dalam karya seni lainnya, sastra mempunyai
fungsi sosial dan fungsi estetika. Fungsi sosial sastra adalah keterlibatan sastra dalam kehidupan
sosial,ekonomi,politik dan yang lain-lainnya. Sedangkan fungsi estetika sastra
adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan rasa keindahan
bagi pembacanya. Kedua fungsi ini pada umumnya terjalin dengan baik.
Bila kita menggunakan konsep kebudayaan tadi maka sama sebagai ekspresi
kebudayaan akan mencerminkan pula adanya
perubahan-perubahan dalam masyarakat akan mengenal adanya pewarisan antarayang
lama kepada kepada yang baru baik disadari maupun tidak disadari.
Dalam uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara
masyarakat,kebudayaan,dan satra merupakan suatu jalinian yang kuat yang satu dengan yang lainnya saling memberi pengaruh, saling membutuh
dan saling tentu menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
D. Teori Pendekatan Sosiologi Sastra
Berikut adalah teori pendekatan sosiologi sastra
menurut para ahli:
Ø Ratna (2003:2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu
dipertimbang-kan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan
masyarakat, antara lain:
1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek
kemasyarakatannya.
2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek
kemasyarakatan yang terkandung didalamnya.
3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat
yang melatar belakanginya.
4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan
masyarakat.
5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra
dengan masyarakat.
Ø Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai
berikut :
1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra, masalah yang
berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial
status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan
pengarang diluar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat,
ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber
utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan
berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi
ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi
pengarang (Wellek dan Warren, 1990: 112)
2. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri yang
menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa
yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai
dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. (Wellek dan Warren, 1990: 122)
Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah
puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri
zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat,
buku sumber sejarah peradaban.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra,
pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat, seni tidak hanya meniru
kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan
dalam kehidupannya.
Ø Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam
Damono, 1989 : 3-4) yang meliputi hal-hal berikut:
1. Konteks Sosial Pengarang
Ada kaitannya dengan posisi
sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat, pembaca
termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya,
yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan :
§ Bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan
dari pengayoman masyarakat secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya;
§ Profesionalisme dalam kepengaragannya; dan
§ Masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.
2. Sastra Sebagai Cermin Masyarakat
Maksudnya seberapa jauh sastra dapat dianggap
cermin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih kabur,
karena itu, banyak disalah tafsirkan dan disalah gunakan. Yang harus
diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai cermin masyarakat adalah :
a. Sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu
ditulis, sebab banyak ciri-ciri masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah
tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis;
b. Sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan
dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya;
c. Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan
bukan sikap sosial seluruh mayarakat;
d. Sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat
secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin
masyarakat.
Sebaliknya, sastra yang sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat mungkin masih dapat digunakan
sebagai bahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu. Dengan
demikian, pandangan sosial pengarang diperhitung-kan jika peneliti karya sastra sebagai cermin
masyarakat.
3. Fungsi Sosial Sastra
Maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan
dengan nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama derajatnya
dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi sebagai
pembaharu dan perombak;
b. Sastra sebagai penghibur saja;
c. Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
Ø Menurut Ratna (2003: 332) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus
diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita,
disalin oleh penyalin, dan ketiganya adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga di fungsikan oleh
masyarakat.
3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi
masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat dan tradisi yang
lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga logika.
Masyarakat jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif, yaitu :
·
Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti
menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
·
Kedua, persepektif biologis yaitu peneliti
menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan
kehidupan pengarang dan latar kehidupan sosial, budayanya.
· Ketiga, perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat
terhadap teks sastra.
Tiga Sudut Pandang Perspektif :
1. Perspektif karya sastra, artinya peneliti menganalisi karya sastra sebagai
sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
2. Perspektif pengarang yakni, peneliti menganalisis pengarang, persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan sejarah kehidupan pengarang dan latar belakang
sosialnya yang bisa mempengaruhi pengarang dan isi karya sastranya.
3. Perspektif pembaca, yakni penelitian menganalisis penerimaan masyarakat
terhadap teks sastra dan pengaruh sosial karya sastra.
E. Pemanfaatan Pendekatan Sosiologi
Penggunaan pendekatan sosiologi dalam melakukan kritik sastra tidak kurang mendapat serangan pedas daripada kritikus sastra. Salah satu serangan itu
dilancarkan oleh wellek dan waren yang mengatakan bahwa pendekatan sosiologi
atau pendekatan ekstrinsik biasanya mempermasalakan sesuatu di seputar sastra dan masyarakat bersifat sempit dan eksternal. Pendekatan sosiologi semacam itu terutama dianut dan dilakukan oleh kritikus.
Disamping adanya pendapat yang menentang pendekatan sosiologiis, namun
tidak kurang pula jumla kritikus yang melihat manfaat kritik sastra yang
menggunakan pendekatan sosiologi. Dengan sosiologi orang mungkin dapat
menunjukkan sebab-sebab dan latar belakang kelahiran dalam sebuah karya sastra,
bahkan mungkin dapat membuat kritikus agar terhindar dari kekeliruan tentang
hakekat karya satra yang di telaah terutama dengan menentukan fungsi suatu karya sastra dan mengetahui beberapa
aspek sosial lain yang harus diketahui sebelum penelaahan dilakukan.
Kritik sosiologi deskriptif dengan deskripsi kemasyarakatan yang melingkupi
satu karya satra, sering memberi bantuan yang besar terhadap keberhasilan suatu kritik sastra yang dilakukan.
Suatu hal
yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologis ini adalah bahwa
walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada
dilingkungannya namun ini belum tentu menyuarakan kemauan masyarakatnya, dalam
arti dia tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok
masyarakat tertentu,yang pasti hanyalah dia menyalurkan atau mewakili hati
nuraninya sendiri. Oleh sebab itu seseorang pengeritik yang menggunakan
pendekatan sosiologi ini harus berhati-hati dalam mengambil kesimpulan yang
berhubungan dengan pertautan antar masa lahir suatu karya sastra dengan tata
kemasyarakatan yang ada diwaktu itu bisa terjadi dengan daya kreativitas,
pengarang justru mengunukapkan tentang suatu masyarakat yang diinginkannya.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologi memiliki segi-segi yang
bermanfaat dan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus tidak melupakan atau
memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya satra.
F.
Penerapan
Kritik Sosiologi Sastra
Pengkajian
sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang,
sosiologi karya, dan sosiologi pembaca.
a. Sosiologi pengarang, misalnya akan dikaji novel Pramoedya Ananta Toer
Bumi Manusia dengan hubungan dengan latar sosial pengarang yang berasal dari
Blora sebuah kota di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia anak sulung dari
sembilan bersaudara. Ayahnya adalah nasionalis tulen yang sebelum perang ikut
dalam berbagai kegiatan, tetapi secara politik tidak tergolong sayap kiri.
Gelar bangsawan “Mas” ia coret dari namanya, hingga Pram kecil bertahun-tahun
kemudian masih melihat coretan di awal papan nama di rumah orang tuanya.
b. Sosiologi karya sastra dalam hubungannya dengan masalah
sosial adalah pengkajian novel Bumi Manusia dengan mengaitkannya dengan
realitas kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Novel tersebut dipahami dalam
hubungannya dengan masalah latar cerita hukum Belanda dan hubungan antara
pribumi dan orang Belanda yang memiliki hubungan bersekat antara tuan kelas
atas dan kaum rendahan. Sejarah mencatat kaum pribumi berada pada bawah. bahkan
dibawah Cina secara hubungan hirarki dalam sejarah kekuasaan Belanda. Novel ini
membuat pembaca mengerti hubungan Nyai yang bukanlah seorang Meufrow atau
nyonya. Hukum belanda yang tak berpihak kaum pribumi. Sampai posisi kaum
terdidik yang tetap tak sama dengan kamu terdidik dari keturunan Belanda.
Cerita ini menggambarkan keadaan struktur sosial, ekonomi dan budaya pada
jamannya. setiap manusia menempati posisinnya masing-masing. Sebagai bukti
struktur sosial berlaku sampai sekarang.
c. Sosiologi pembaca Bumi Manusia sebagai karya sastra yang tergolong
banyak dibaca dan ditanggapi masyarakat. Walaupun motivasi para pembaca dalam
membaca novel tersebut mungkin bermacam-macam, misalnya ada yang menganggapnya
sebagai huburan belaka. Ada yang tertarik karena ceritanya tentang kehidupan
seorang nyai yang kuat, prinsif, dan objektif. Hal ini juga didukung oleh fakta
bahwa Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau
Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 terlebih dahulu telah
diceritakan ulang kepada teman-temannya.Setelah diterbitkan, Bumi Manusia
kemudian dilarang beredar setahun kemudian atas perintah Jaksa Agung. Sebelum
dilarang, buku ini sukses dengan 10 kali cetak ulang dalam setahun pada
1980-1981. Sampai tahun 2005, buku ini telah diterbitkan dalam 33 bahasa. Pada
September 2005, buku ini diterbitkan kembali di Indonesia oleh Lentera
Dipantara. Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun
1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal
periode Kebangkitan Nasional. Masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran
rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi modern
yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Perancis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan
sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan
landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena
sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di
sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh
pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses
kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan
sebagainya) dalam bentuk karya sastra. Perkembangan sosiologi sastra merupakan
perkembangan dari pendekatan khusus yang memahami karya sastra dalam
hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Sebagai salah satu
pendekatan dalam kritik sastra, sosiologi sastra dapat mengacu pada cara
memahami dan menilai sastra yang memprtimbangkan segi-segi kemasyarakatan
(sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari
sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca. Dengan demikian, sebuah
karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra
ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan
kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan:
-
Untuk
mendapat gambaran utuh menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara
pengarang, karya sastra dan masyarakat
Mimetik
Objektif
Pragmatik
Subjektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar